Kamis, April 10, 2008

Tentang Maya

Kau boleh memanggilku dengan sebutan apa saja. Seorang anak di gang depan sana memanggilku ‘monster gurita’, sedangkan yang diseberang jalan sebelah situ memanggilku ‘pangeran jaring’, sementara di kompleks tengah kota ada yang memanggilku ‘Troll menari’, tapi ada juga yang memanggilku ‘bidadari Barbie’. Kau juga boleh memanggilku dengan sebutan tertentu, sesuai dengan apa yang kau lihat dari diriku. Dan itu semua juga tergantung bagaimana sifat dan keseharianmu. Bila kau nakal dan tidak menurut pada orang tua, maka semakin seramlah wajahku dimatamu. Tetapi semakin kau memperbaiki sikap, aku akan semakin cantik, tampan atau lucu. Kawan, aku memang selalu ada bersamamu. Menemanimu, melindungimu, namun juga mengawasimu. Memberikan pelajaran – pelajaran agar kau kelak menjadi orang yang baik. Dan perlu kau ingat, berhati-hatilah dalam berucap dan berharap, karena siapa tahu hal itu akan menjadi kenyataan. Aku tidak dapat menghukummu, kecuali engkau tanpa sadar mengharapkannya. Kemarin ada anak yang ingin seterusnya bermain game PS tanpa henti, dan itulah yang terjadi. Ia tidak dapat berhenti bermain, meskipun ia ingin sekali berhenti karena letih dengan mata pedih. Ada juga yang tidak mau makan sebelum ia dibelikan balon, maka ia tidak dapat membuka mulutnya untuk makan meskipun ia sangat lapar. Dan ada banyak kejadian lainnya. Jadi kawanku, berhati – hatilah.
Diantara anak – anak yang mengenalku, tersebutlah seorang anak bernama Maya. Sejak pertama melihatku ia menyebutku ‘si tangan raksasa’. Besar, mempunyai jari banyak dan selalu bergoyang saat berbicara. Maya, kawanku itu, tadinya adalah anak yang nakal. Sering sekali berbicara sambil terteriak – teriak, tidak bersikap sopan pada orang lain dan sulit dinasehati. Apapun keinginannya harus selalu terpenuhi. Di mal atau pusat perbelanjaan, ia akan menangis selama mungkin, berteriak – teriak, atau bergulung di lantai toko demi mainan yang ia inginkan. Ia juga selalu ingin menjadi pusat perhatian. Ia akan merengek, cemberut, atau melempar sesuatu jika perhatian orang beralih darinya. Di sekolah ia juga tidak jarang membuat kawannya menangis karena mainan atau makanan mereka ia rebut, atau karena dicubit bahkan dipukul. Di rumah, ia susah disuruh makan atau belajar. Terus menerus di depan TV, dan akan mengamuk bila ada yang memindah saluran TV yang ditontonnya. Naaaah, bagaimana menurutmu ? Nakal sekali kan ?! Yaah, aku sudah berusaha memperingatkan dan menasehatinya, juga kedua orang tuanya, namun ternyata tidak digubrisnya. Kenakalannya terus menjadi!
Sampailah pada suatu hari, tercetuslah keinginan itu. MAYA INGIN BISA MENGHILANG!. Ia tidak puas dengan segala apa yang diterimanya. Dapat menghilang dan bisa berkeliling tanpa diketahui orang seperti Harry Potter dengan jubah gaibnya, sepertinya menyenangkan, pikirnya. Bisa tahu rahasia orang, bisa mengintip ke kamar temannya yang kaya untuk melihat apa saja mainan yang mereka punya, supaya bisa ia minta pada ayah ibunya, bisa main kemana saja dan tidak ada yang melarang. Makin ia pikirkan, makin kuat keinginannya untuk bisa menghilang.
Yah, begitulah kawanku. Terjadilah apa yang diinginkan si kecil Maya. Suatu hari didapatinya dirinya tidak tampak dalam pandangan siapapun. Mulanya ia gembira. Namun kemudian tawanya lenyap tatkala ia memperhatikan dengan lebih jelas dalam rumahnya ini. Selain ayah, ibu dan mbok Nah, ada seorang anak kecil yang mirip dengan dia di rumah itu ! Oh, bukan cuma mirip, tapi itu adalah DIRINYA ! Maya ingin berteriak, menangis, melempar sesuatu agar orang tuanya bahwa Maya yang asli bukan yang berada di depan mereka, tapi tentu saja tidak ada yang dapat melihat atau mendengarnya.Percuma. Maya lain yang dilihatnya adalah anak yang baik. Menurut pada orang tua, rajin belajar dan sopan. Dengan sikapnya yang baik itu, ia mendapatkan segalanya tanpa harus merengek, berteriak apalagi memukul. Semua orang menyukainya, semua orang sayang padanya. Indah sekali kawan – kawanku.
Kawan-kawanku, maka tinggallah Maya temanku yang dapat menghilang ini sendirian. Melihat segalanya yang indah-indah, tanpa ia dapat menikmatinya. Ia menjalani kesendiriannya sambil menangis, meratap dan menyesali segala kenakalan dan sikapnya selama ini. Ya, tentu saja kawanku, Maya akan kembali pada orang tuanya kelak, saat ia benar – benar sudah berubah. Suatu saat nanti, ia akan muncul menggantikan Maya kembarannya yang baik hati itu, kembali pada orang tuanya menjadi anak yang baik.
Tapi bukan sekarang.
Dan sampai saat itu tiba, aku masih menemani dalam kesendiriannya, dimana berkali – kali ia berjanji pada dirinya dan pada diriku, bahwa : ia tidak mau menjadi anak nakal lagi.

Tidak ada komentar: