Kamis, April 17, 2008

Apakah 'normal' itu ?

Juno
Directed By : Jason Reitman
Cast : Ellen Page, Michael Cera, Jennifer Garner, Jason Bateman, Allison Janney, JK Simmons
Image and video hosting by TinyPic
Plot :
Sixteen year-old Juno MacGuff is the type of girl that beats to her own drummer, and doesn't really care what others may think of her. She learns that she's pregnant from a one-time sexual encounter with her best friend, Paulie Bleeker. Juno and Paulie like each other, but don't consider themselves to be exclusive boyfriend/girlfriend let alone be ready to be a family complete with child.
The next step is to find prospective parents for the yet unborn child. In the Pennysaver ad section, Juno finds Mark and Vanessa Loring, a yuppie couple living in the suburbs. Juno likes the Lorings, and in some respects has found who looks to be a kindred spirit in Mark, with whom she shares a love of grunge music and horror films. Vanessa is a little more uptight and is the one in the relationship seemingly most eager to have a baby. On her own choosing, Juno enters into a closed rather than open adoption

My Note :

Ellen Page memang pantas menjadi perempuan muda yang smart dan easy going seperti Juno. Melihat ceplas ceplos smart-nya, gue mau ga mau keinget sama temen gue yang beda umur lumayan jauh sama gue. Dia jauh lebih muda. Anak band, tomboy serta perokok dan addict pada kopi. Selera musiknya-pun lawas, sama dengan Juno. Bersamanya, gue merasa nyaman, meskipun jadi merasa gue ini yang lebih muda dari dia. Denger dia bicara, selain enak, nyambung, juga banyak manfaatnya. Paling tidak gue jadi tambah wawasan, dan kita jadi bisa saling tukar pikiran.
For awhile, gue merasa lega tidak perlu berbicara dan mendengar orang bicara yang baik – baik soal diri mereka sendiri, soal merk bedak, model baju, gossip dan pekerjaan. Somethin’ else. Dia selalu punya hal lain untuk dibicarakan.
Gue jadi sadar betapa mencari kawan perempuan seperti dia seperti mencari jarum dalam jerami. Bahkan gue saja yakin kalau gue ini tidak seperti dia, karena gue masih suka make up, mencari model baju terbaru, gengsi dan kepingin tahu gimana caranya cari uang sebanyak – banyaknya !
Meskipun tidak bisa dibilang hilang kontak, gue udah ga tau lagi dia ada dimana dan bagaimana kabarnya.
Cuma kangen aja sama dia.
Dan melihat Juno, gue seperti melihat dia. Image and video hosting by TinyPic

Gue pengen banget seberani Juno dalam bertindak dan berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya.
Andai kata kala gue remaja gue bisa dengan ringan menjawab ke bokap tatkala beliau tanya ke gue kemana aja gue seharian dengan kalimat yang Juno ucapkan pada ayahnya saat ia dengan perut yang sudah membuncit pergi seharian selepas pulang sekolah : ‘Just out dealing with things way beyond my maturity level’ dengan nada tetap respek. Hanya berusaha untuk jujur pada orang tua namun dengan memberikan batasan privasi seolah memberi tanda bahwa ‘ini adalah urusan saya, biar saya yang handle, kalian tidak perlu khawatir karena saya tidak melakukan hal aneh – aneh dan saya akan bertanggung jawab atasnya’

Kagum atas Juno, membuat gue berpikir soal segala hal yang sifatnya normal. What is normal anyway ? Lahir, hidup, (harus) menikah dan (harus) punya anak. Semuanya dengan cara yang normal. (harus)ber pendidikan tinggi, (harus) bekerja di kantor, (harus) menemui pasangan hidup seiman / sesuku / seperguruan, bibit, bobot, bebet dan bertemu dengan cara yang normal (atau mungkin dijodohkan).

Dalam ‘Juno’, pasangan Vanessa & Mark Loring lah yang tampaknya normal dan baik – baik saja, namun ternyata mereka justru bermasalah, hingga Juno sempat melontarkan kalimat : I’m just losing my faith with humanity.
Banyak orang di sekitar kita tampak normal, namun mereka ternyata bermasalah.
Jika kemudian yang dianggap ‘tidak normal’ digunjingkan, dicibir, dijauhi, harus kita apakan orang – orang normal yang bermasalah ini ?
Dikasihani, mungkin ?!

Juno :
… and I know people are supposed to fall in love before they reproduce, but I guess normalcy isn’t really our style

So, bagi kita yang masih normal / merasa normal, pernahkan kamu paling tidak sekali saja berfikir, membayangkan, bertutur atau bertindak yang tidak normal ?

Kalau gue, pernah.
Atau malah sering ya ?
Jangan – jangan gue juga ga normal !

Tidak ada komentar: