Rabu, Mei 07, 2008

Indahnya Cinta

Love
Directed By : Kabir Bhatia
Cast : Sophan Sophiaan, Widyawati, Acha Septriasa, Fauzi Baadila, Darius Sinathrya, Luna Maya, Irwansyah, Laudya Chintya Bella, Surya Saputra, Wulan Guritno
Image and video hosting by TinyPic

Note :
Gue akui, gue lagi suka film Indonesia. Rasanya yang worth to wait untuk gue tonton di bioskop juga film Indonesia. Kecuali memang ada beberapa film Hollywood yang ada di list gue yang pengen banget (baca : harus ) gue tonton di bioskop, misalnya contoh Indiana Jones, Harry Potter atau James Bond.
Diantara tebaran film Indonesia yang gue cintai itu, ternyata ada satu mutiara di dalamnya. Beneran gue jatuh cinta mati sama film ini, dalam kelemahan dan segala kelebihannya. Terserah apa kata orang.

Sebenarnya banyak film Indonesia yang bagus. Entah dari segi cerita/ide cerita, cinematografi, acting pemainnya, karakter di dalamnya atau paduan dari semuanya. Dari mulai AADC, Petualangan Sherina, Gie, 9 Naga, Mengejar Matahari, Janji Joni, Jomblo, 3 Hari Untuk Selamanya, Kala, dan masih banyak lagi. Film – film yang ga akan terlupakan bahkan lama setelah menontonnya. Namun seiring waktu, biasanya kecintaan itu akan terkubur sedikit melengkapi datangnya film – film baru yang juga bagus, dan baru akan tergali kembali jika diingatkan. Namun untuk yang satu ini, rasanya gue belum bisa pindah ke lain hati. Mungkin juga karena setelah menonton film ini, belum ada lagi film Indonesia maupun Hollywood yang mampu membuat gue jatuh cinta. Sebagai info saja, setelah nonton film ini, gue sudah menonton dua film Indo lagi, yaitu Ayat – Ayat Cinta dan In The Name of Love. Keduanya tidak meninggalkan kesan apapun buat gue selepas menontonnya (mohon maaf bagi penggemar Ayat – Ayat Cinta). Belum lagi beberapa film Hollywood dan film Indie yang gue tonton melalui DVD. Banyak. Bukan berarti film2 yang lain itu buruk, tetapi mau gimana lagi, gue tergila - gila sama film ini.

Pengungkapan cinta-nya yang universal sangat indah. Tidak ada batasan – batasan kepercayaan, suku ataupun lembaga apapun dan dari manapun bagi pengungkapan cinta di sini. Jangan harap menemukan salah satu dari mereka menikah, atau mungkin menunjukkan cara beribadah mereka kepada Tuhan dengan suatu kepercayaan tertentu. Tidak ada. Yang ada hanya cinta.
Ekspresi dalam film ini berbicara, gambar - gambar di film ini pun juga. Score dan soundtrack juga selalu tepat penempatannya.
Singkatnya, film ini indah.
Karakter dari lima pasang tokoh yang ditampilkan dan disatukan dalam satu tema-pun dapat tergali dalam, tanpa harus berpanjang – panjang. Bahkan karakter – karakter penting lain selain lima pasang manusia itu, ternyata juga dapat tergali dalam. Kamu akan dapat merasakan cinta dan kasih mereka hanya dari tatapan mata.
Pemain – pemainya ? Hmm… favorit saya adalah Acha Septriasa. Tetapi yang lain tidaklah buruk. Semua pas dengan karakter masing – masing, dan dapat memainkannya dengan baik.
Siapa yang tidak kenal Widyawati – Sophan Sophiaan, Acha Septriasa – Fauzi Baadilah, Surya Saputra – Wulan Guritno, Irwansyah – Laudya Chintya Bella, Darius Sinathrya – Luna Maya ?!
Gue nonton film ini di bioskop dua kali, dan sekarang-pun masih kangen. Suami gue bilang kalo film ini mengingatkannya pada Love Actually. Memang benar, terkesannya gue dengan film ini, sama rasanya dengan setelah gue nonton Love Actually. Rasa kangennya juga sama. Tetapi kok gue merasa kedua film itu berbeda. Love Actually lebih ceria. Dari segi cerita-pun berbeda, hanya ide untuk mengangkat cerita dari beberapa pasang manusia saja yang sama.

Sayangnya memang, ide-nya bukan orisinil punya Indonesia. Film ini di adaptasi / ditulis kembali (baca : di Indonesiakan) oleh Titien Wattimena dari film berjudul ‘Cinta’ asal negeri jiran Malaysia. Bahkan sutradara film Love-pun tetap Kabir Bhatia, sama dengan sutradara Cinta. Sungguh disayangkan. Tetapi mau tidak mau gue tertarik untuk hunting film ‘Cinta’. Gue pengen tahu apakah film Cinta seindah film Love. Siapa tahu kan, karena tulisan Titien Wattimena lebih mengena, atau siapa tahu DOP film Love ternyata lebih mumpuni, siapa tahu juga Kabir Bhatia telah mengetahui kelemahan film Cinta dan memperbaikinya dalam Love.
Tetapi Christo Damar Alam, produser film ini sempat berujar, bahwa film Love bukan sepenuhnya mirip dengan Cinta. Katanya ide Love memang timbul dari kisah pertemuan sepasang manusia di usia tua dalam Cinta. Namun kemudian pengembangan empat cerita yang lain, adalah ide yang baru.
Entahlah, gue ga terlalu perduli.

Terus terang, film ini membuat gue menangis. Tetapi bukan karena termehek – mehek. Alasan gue menangis saat menonton film ini, sama dengan saat gue menangis untuk film Love Actually yang cerah ceria itu.
Karena apa ya ?
Mungkin juga karena : love actually… is all around.

Tidak ada komentar: