Minggu, Oktober 05, 2008

Two Different World

Ada dua hal yang gw temui saat gw dan teman – teman kantor mengikuti acara training dan jalan – jalan ke kota gudeg Jogya. Dua hal ini sengaja gw ambil dari kota Jogya, sekaligus merenungkan bahwa bukan hanya di kota metropolitan Jakarta- yang sering disiniskan orang dengan menyebutnya sebagai the sin city - saja kita dapat menemui mereka.

Hal pertama yang gw liat adalah seorang kakek renta yang dengan gayanya yang tenang berjongkok di pinggir jalan menyantap dengan lahap nasi sisa yang dari bentuknya kita akan dapat mengira2 bahwa nasi itu diambilnya dari tempat sampah. Ia sama sekali tidak menggubris kami yang ribut saat melewatinya. Uang yang disodorkan seorang kawan-pun ia terima dengan reaksi yang biasa – biasa saja. Entah apa pikiran yang muncul di kepalanya.

Hal kedua adalah suasana remang di tempat hiburan malam dimana gw dan dua teman berada di sana, ‘hanya’ memesan satu pitcher bir. Seorang kawan mencoba menawarkan minuman yang lebih keras, tapi gw menolak dengan alasan mengingat kondisi kami yang lelah dan kurang fit. Kami pun mencoba menikmati suasana malam itu. Teman cowo gw cukup puas kelihatannya, mengingat dancer disana gw akui, cantik – cantik. Gw sempat berpikir digaji berapa mereka, dan mengapa tidak menjadi pemain sinetron saja ?! he he

Gw menyapu pandangan ke sekeliling gw, melihat orang2 disana, yang kebanyakan usia belia, dan teringat kembali dengan kakek yang makan nasi sisa tadi siang.

Pada versi sinetron di televise kita, segalanya pasti jelas. Si kakek adalah orang baik hati yang ter-dzolimi dan tentu saja dengan ikhlas menerima nasibnya, sementara yang berada di tempat hiburan kesemuanya adalah orang – orang brengsek, dengan keluarga berantakan yang gemar menghamburkan uang dan hobi menyiksa batin orang semacam kakek yang tadi.

Gw ragu dalam kehidupan nyata semuanya dapat terbaca segamblang itu. Gw ragu ada kebenaran mutlak atau sebaliknya, apalagi jika hanya mengandalkan indera mata.

Lalu gw membayangkan beberapa scenario.

Lelaki muda yang sedari tadi hanya duduk merokok di seberang bangku gw bisa jadi hanya menerima ajakan kawan baiknya yang ingin ditemani. Hmm, atau dia insomnia dan memilih tempat yang hangar bingar sehingga ia tidak merasa sendirian. Bisa saja salah satu dancer adalah pacar atau saudarinya, sehingga perlu baginya untuk menunggui mereka bekerja. Atau jangan – jangan bahkan ia jatuh cinta pada salah seorang dancer dan hanya berani sampai batas memandangi wajah si gadis.

Gadis belia dengan rambutnya yang dijalin dengan rentetan asesori rambut sehingga seolah rasta, sedari tadi tidak bisa duduk diam. Dalam pikiran gw, dia hanya ingin melewatkan malam minggunya dengan penuh keceriaan, dan ia ingin melewatkannya dengan kawan – kawan tersayang. Sementara semua kawannya berada di tempat itu, kesanalah ia pergi. Ke tempat dimana kawan – kawan terbaiknya berada.

Seorang perempuan muda di tengah bar dengan serius menakar beberapa jenis minuman dengan cepat dan menuangkannya dalam satu wadah. Ekspresinya seolah menyiratkan : ini pekerjaan gw, tidak banyak orang yang bisa melakukannya dan gw yakin bisa melakukannya dengan sempurna.

Dan sebelum mengalihkan pandangan pada jam tangan gw, terlihat dua anak muda gemulai yang tampaknya sangat gemar bergoyang.

Gay ? Don’t know!

Are they a couple ? Who cares !

Bagi gw, mereka adalah anak – anak yang butuh perhatian

Lalu bagaimana jika scenario yang lebih kelam dan absurd kita berikan pada si kakek ?

Skenario 1 : karena suatu sebab ia ditinggalkan anak istrinya, stress dan hidup di jalan

Skenario 2 : ada masa dimana ia adalah seorang yang kaya raya, namun ia pailit karena ia gemar berjudi, korupsi dan main perempuan, pailit dan jadi gelandangan.

Skenario 3 : Sedari dulu ia memang miskin, malas bekerja, gemar mengumpat sehingga kurang disukai orang, terusir dan akhirnya hidup di jalan

Skenario 4 : Karma-nya buruk karena ia memperlakukan orang dengan buruk

Skenario 5 : Ia seorang actor, observasi lalu mencoba mendalami perannya sebagai gelandangan, ia praktek langsung

Skenario 6 : Ia menjalani hidup di dua dunia. Dua kepribadian. Dr.Jekkyl & Mr.Hyde.

Skenario 6 : Ia seorang agen rahasia yang sedang menyamar

Skenario 7 : Ia adalah malaikat

Skenario terakhir : saat terjadi reinkarnasi, pada kehidupan mendatang nasibnya bertukar dengan orang – orang yang berada di tempat hiburan !

Yahaaa !!

Well, semua itu cuma ada di kepala gw. Jawaban pastinya cuma ada di langit.

Bagi gw, mereka hidup di dunia yang berbeda. Sepertinya bedanya hidup di Timur dengan di Barat misalnya. Atau hidup di kota dan di desa. Atau di negara 4 musim dan tropis.

Just different, that’s all.

Tidak ada kaitannya dengan benar atau salah. Ada dua hal yang gw temui saat gw dan teman – teman kantor mengikuti acara training dan jalan – jalan ke kota gudeg Jogya. Dua hal ini sengaja gw ambil dari kota Jogya, sekaligus merenungkan bahwa bukan hanya di kota metropolitan Jakarta- yang sering disiniskan orang dengan menyebutnya sebagai the sin city - saja kita dapat menemui mereka.

Hal pertama yang gw liat adalah seorang kakek renta yang dengan gayanya yang tenang berjongkok di pinggir jalan menyantap dengan lahap nasi sisa yang dari bentuknya kita akan dapat mengira2 bahwa nasi itu diambilnya dari tempat sampah. Ia sama sekali tidak menggubris kami yang ribut saat melewatinya. Uang yang disodorkan seorang kawan-pun ia terima dengan reaksi yang biasa – biasa saja. Entah apa pikiran yang muncul di kepalanya.

Hal kedua adalah suasana remang di tempat hiburan malam dimana gw dan dua teman berada di sana, ‘hanya’ memesan satu pitcher bir. Seorang kawan mencoba menawarkan minuman yang lebih keras, tapi gw menolak dengan alasan mengingat kondisi kami yang lelah dan kurang fit. Kami pun mencoba menikmati suasana malam itu. Teman cowo gw cukup puas kelihatannya, mengingat dancer disana gw akui, cantik – cantik. Gw sempat berpikir digaji berapa mereka, dan mengapa tidak menjadi pemain sinetron saja ?! he he

Gw menyapu pandangan ke sekeliling gw, melihat orang2 disana, yang kebanyakan usia belia, dan teringat kembali dengan kakek yang makan nasi sisa tadi siang.

Pada versi sinetron di televise kita, segalanya pasti jelas. Si kakek adalah orang baik hati yang ter-dzolimi dan tentu saja dengan ikhlas menerima nasibnya, sementara yang berada di tempat hiburan kesemuanya adalah orang – orang brengsek, dengan keluarga berantakan yang gemar menghamburkan uang dan hobi menyiksa batin orang semacam kakek yang tadi.

Gw ragu dalam kehidupan nyata semuanya dapat terbaca segamblang itu. Gw ragu ada kebenaran mutlak atau sebaliknya, apalagi jika hanya mengandalkan indera mata.

Lalu gw membayangkan beberapa scenario.

Lelaki muda yang sedari tadi hanya duduk merokok di seberang bangku gw bisa jadi hanya menerima ajakan kawan baiknya yang ingin ditemani. Hmm, atau dia insomnia dan memilih tempat yang hangar bingar sehingga ia tidak merasa sendirian. Bisa saja salah satu dancer adalah pacar atau saudarinya, sehingga perlu baginya untuk menunggui mereka bekerja. Atau jangan – jangan bahkan ia jatuh cinta pada salah seorang dancer dan hanya berani sampai batas memandangi wajah si gadis.

Gadis belia dengan rambutnya yang dijalin dengan rentetan asesori rambut sehingga seolah rasta, sedari tadi tidak bisa duduk diam. Dalam pikiran gw, dia hanya ingin melewatkan malam minggunya dengan penuh keceriaan, dan ia ingin melewatkannya dengan kawan – kawan tersayang. Sementara semua kawannya berada di tempat itu, kesanalah ia pergi. Ke tempat dimana kawan – kawan terbaiknya berada.

Seorang perempuan muda di tengah bar dengan serius menakar beberapa jenis minuman dengan cepat dan menuangkannya dalam satu wadah. Ekspresinya seolah menyiratkan : ini pekerjaan gw, tidak banyak orang yang bisa melakukannya dan gw yakin bisa melakukannya dengan sempurna.

Dan sebelum mengalihkan pandangan pada jam tangan gw, terlihat dua anak muda gemulai yang tampaknya sangat gemar bergoyang.

Gay ? Don’t know!

Are they a couple ? Who cares !

Bagi gw, mereka adalah anak – anak yang butuh perhatian

Lalu bagaimana jika scenario yang lebih kelam dan absurd kita berikan pada si kakek ?

Skenario 1 : karena suatu sebab ia ditinggalkan anak istrinya, stress dan hidup di jalan

Skenario 2 : ada masa dimana ia adalah seorang yang kaya raya, namun ia pailit karena ia gemar berjudi, korupsi dan main perempuan, pailit dan jadi gelandangan.

Skenario 3 : Sedari dulu ia memang miskin, malas bekerja, gemar mengumpat sehingga kurang disukai orang, terusir dan akhirnya hidup di jalan

Skenario 4 : Karma-nya buruk karena ia memperlakukan orang dengan buruk

Skenario 5 : Ia seorang actor, observasi lalu mencoba mendalami perannya sebagai gelandangan, ia praktek langsung

Skenario 6 : Ia menjalani hidup di dua dunia. Dua kepribadian. Dr.Jekkyl & Mr.Hyde.

Skenario 6 : Ia seorang agen rahasia yang sedang menyamar

Skenario 7 : Ia adalah malaikat

Skenario terakhir : saat terjadi reinkarnasi, pada kehidupan mendatang nasibnya bertukar dengan orang – orang yang berada di tempat hiburan !

Yahaaa !!

Well, semua itu cuma ada di kepala gw. Jawaban pastinya cuma ada di langit.

Bagi gw, mereka hidup di dunia yang berbeda. Sepertinya bedanya hidup di Timur dengan di Barat misalnya. Atau hidup di kota dan di desa. Atau di negara 4 musim dan tropis.

Just different, that’s all.

Tidak ada kaitannya dengan benar atau salah

Ada dua hal yang gw temui saat gw dan teman – teman kantor mengikuti acara training dan jalan – jalan ke kota gudeg Jogya. Dua hal ini sengaja gw ambil dari kota Jogya, sekaligus merenungkan bahwa bukan hanya di kota metropolitan Jakarta- yang sering disiniskan orang dengan menyebutnya sebagai the sin city - saja kita dapat menemui mereka.

Hal pertama yang gw liat adalah seorang kakek renta yang dengan gayanya yang tenang berjongkok di pinggir jalan menyantap dengan lahap nasi sisa yang dari bentuknya kita akan dapat mengira2 bahwa nasi itu diambilnya dari tempat sampah. Ia sama sekali tidak menggubris kami yang ribut saat melewatinya. Uang yang disodorkan seorang kawan-pun ia terima dengan reaksi yang biasa – biasa saja. Entah apa pikiran yang muncul di kepalanya.

Hal kedua adalah suasana remang di tempat hiburan malam dimana gw dan dua teman berada di sana, ‘hanya’ memesan satu pitcher bir. Seorang kawan mencoba menawarkan minuman yang lebih keras, tapi gw menolak dengan alasan mengingat kondisi kami yang lelah dan kurang fit. Kami pun mencoba menikmati suasana malam itu. Teman cowo gw cukup puas kelihatannya, mengingat dancer disana gw akui, cantik – cantik. Gw sempat berpikir digaji berapa mereka, dan mengapa tidak menjadi pemain sinetron saja ?! he he

Gw menyapu pandangan ke sekeliling gw, melihat orang2 disana, yang kebanyakan usia belia, dan teringat kembali dengan kakek yang makan nasi sisa tadi siang.

Pada versi sinetron di televise kita, segalanya pasti jelas. Si kakek adalah orang baik hati yang ter-dzolimi dan tentu saja dengan ikhlas menerima nasibnya, sementara yang berada di tempat hiburan kesemuanya adalah orang – orang brengsek, dengan keluarga berantakan yang gemar menghamburkan uang dan hobi menyiksa batin orang semacam kakek yang tadi.

Gw ragu dalam kehidupan nyata semuanya dapat terbaca segamblang itu. Gw ragu ada kebenaran mutlak atau sebaliknya, apalagi jika hanya mengandalkan indera mata.

Lalu gw membayangkan beberapa scenario.

Lelaki muda yang sedari tadi hanya duduk merokok di seberang bangku gw bisa jadi hanya menerima ajakan kawan baiknya yang ingin ditemani. Hmm, atau dia insomnia dan memilih tempat yang hangar bingar sehingga ia tidak merasa sendirian. Bisa saja salah satu dancer adalah pacar atau saudarinya, sehingga perlu baginya untuk menunggui mereka bekerja. Atau jangan – jangan bahkan ia jatuh cinta pada salah seorang dancer dan hanya berani sampai batas memandangi wajah si gadis.

Gadis belia dengan rambutnya yang dijalin dengan rentetan asesori rambut sehingga seolah rasta, sedari tadi tidak bisa duduk diam. Dalam pikiran gw, dia hanya ingin melewatkan malam minggunya dengan penuh keceriaan, dan ia ingin melewatkannya dengan kawan – kawan tersayang. Sementara semua kawannya berada di tempat itu, kesanalah ia pergi. Ke tempat dimana kawan – kawan terbaiknya berada.

Seorang perempuan muda di tengah bar dengan serius menakar beberapa jenis minuman dengan cepat dan menuangkannya dalam satu wadah. Ekspresinya seolah menyiratkan : ini pekerjaan gw, tidak banyak orang yang bisa melakukannya dan gw yakin bisa melakukannya dengan sempurna.

Dan sebelum mengalihkan pandangan pada jam tangan gw, terlihat dua anak muda gemulai yang tampaknya sangat gemar bergoyang.

Gay ? Don’t know!

Are they a couple ? Who cares !

Bagi gw, mereka adalah anak – anak yang butuh perhatian

Lalu bagaimana jika scenario yang lebih kelam dan absurd kita berikan pada si kakek ?

Skenario 1 : karena suatu sebab ia ditinggalkan anak istrinya, stress dan hidup di jalan

Skenario 2 : ada masa dimana ia adalah seorang yang kaya raya, namun ia pailit karena ia gemar berjudi, korupsi dan main perempuan, pailit dan jadi gelandangan.

Skenario 3 : Sedari dulu ia memang miskin, malas bekerja, gemar mengumpat sehingga kurang disukai orang, terusir dan akhirnya hidup di jalan

Skenario 4 : Karma-nya buruk karena ia memperlakukan orang dengan buruk

Skenario 5 : Ia seorang actor, observasi lalu mencoba mendalami perannya sebagai gelandangan, ia praktek langsung

Skenario 6 : Ia menjalani hidup di dua dunia. Dua kepribadian. Dr.Jekkyl & Mr.Hyde.

Skenario 6 : Ia seorang agen rahasia yang sedang menyamar

Skenario 7 : Ia adalah malaikat

Skenario terakhir : saat terjadi reinkarnasi, pada kehidupan mendatang nasibnya bertukar dengan orang – orang yang berada di tempat hiburan !

Yahaaa !!

Well, semua itu cuma ada di kepala gw. Jawaban pastinya cuma ada di langit.

Bagi gw, mereka hidup di dunia yang berbeda. Sepertinya bedanya hidup di Timur dengan di Barat misalnya. Atau hidup di kota dan di desa. Atau di negara 4 musim dan tropis.

Just different, that’s all.

Tidak ada kaitannya dengan benar atau salah. Ada dua hal yang gw temui saat gw dan teman – teman kantor mengikuti acara training dan jalan – jalan ke kota gudeg Jogya. Dua hal ini sengaja gw ambil dari kota Jogya, sekaligus merenungkan bahwa bukan hanya di kota metropolitan Jakarta- yang sering disiniskan orang dengan menyebutnya sebagai the sin city - saja kita dapat menemui mereka.

Hal pertama yang gw liat adalah seorang kakek renta yang dengan gayanya yang tenang berjongkok di pinggir jalan menyantap dengan lahap nasi sisa yang dari bentuknya kita akan dapat mengira2 bahwa nasi itu diambilnya dari tempat sampah. Ia sama sekali tidak menggubris kami yang ribut saat melewatinya. Uang yang disodorkan seorang kawan-pun ia terima dengan reaksi yang biasa – biasa saja. Entah apa pikiran yang muncul di kepalanya.

Hal kedua adalah suasana remang di tempat hiburan malam dimana gw dan dua teman berada di sana, ‘hanya’ memesan satu pitcher bir. Seorang kawan mencoba menawarkan minuman yang lebih keras, tapi gw menolak dengan alasan mengingat kondisi kami yang lelah dan kurang fit. Kami pun mencoba menikmati suasana malam itu. Teman cowo gw cukup puas kelihatannya, mengingat dancer disana gw akui, cantik – cantik. Gw sempat berpikir digaji berapa mereka, dan mengapa tidak menjadi pemain sinetron saja ?! he he

Gw menyapu pandangan ke sekeliling gw, melihat orang2 disana, yang kebanyakan usia belia, dan teringat kembali dengan kakek yang makan nasi sisa tadi siang.

Pada versi sinetron di televise kita, segalanya pasti jelas. Si kakek adalah orang baik hati yang ter-dzolimi dan tentu saja dengan ikhlas menerima nasibnya, sementara yang berada di tempat hiburan kesemuanya adalah orang – orang brengsek, dengan keluarga berantakan yang gemar menghamburkan uang dan hobi menyiksa batin orang semacam kakek yang tadi.

Gw ragu dalam kehidupan nyata semuanya dapat terbaca segamblang itu. Gw ragu ada kebenaran mutlak atau sebaliknya, apalagi jika hanya mengandalkan indera mata.

Lalu gw membayangkan beberapa scenario.

Lelaki muda yang sedari tadi hanya duduk merokok di seberang bangku gw bisa jadi hanya menerima ajakan kawan baiknya yang ingin ditemani. Hmm, atau dia insomnia dan memilih tempat yang hangar bingar sehingga ia tidak merasa sendirian. Bisa saja salah satu dancer adalah pacar atau saudarinya, sehingga perlu baginya untuk menunggui mereka bekerja. Atau jangan – jangan bahkan ia jatuh cinta pada salah seorang dancer dan hanya berani sampai batas memandangi wajah si gadis.

Gadis belia dengan rambutnya yang dijalin dengan rentetan asesori rambut sehingga seolah rasta, sedari tadi tidak bisa duduk diam. Dalam pikiran gw, dia hanya ingin melewatkan malam minggunya dengan penuh keceriaan, dan ia ingin melewatkannya dengan kawan – kawan tersayang. Sementara semua kawannya berada di tempat itu, kesanalah ia pergi. Ke tempat dimana kawan – kawan terbaiknya berada.

Seorang perempuan muda di tengah bar dengan serius menakar beberapa jenis minuman dengan cepat dan menuangkannya dalam satu wadah. Ekspresinya seolah menyiratkan : ini pekerjaan gw, tidak banyak orang yang bisa melakukannya dan gw yakin bisa melakukannya dengan sempurna.

Dan sebelum mengalihkan pandangan pada jam tangan gw, terlihat dua anak muda gemulai yang tampaknya sangat gemar bergoyang.

Gay ? Don’t know!

Are they a couple ? Who cares !

Bagi gw, mereka adalah anak – anak yang butuh perhatian

Lalu bagaimana jika scenario yang lebih kelam dan absurd kita berikan pada si kakek ?

Skenario 1 : karena suatu sebab ia ditinggalkan anak istrinya, stress dan hidup di jalan

Skenario 2 : ada masa dimana ia adalah seorang yang kaya raya, namun ia pailit karena ia gemar berjudi, korupsi dan main perempuan, pailit dan jadi gelandangan.

Skenario 3 : Sedari dulu ia memang miskin, malas bekerja, gemar mengumpat sehingga kurang disukai orang, terusir dan akhirnya hidup di jalan

Skenario 4 : Karma-nya buruk karena ia memperlakukan orang dengan buruk

Skenario 5 : Ia seorang actor, observasi lalu mencoba mendalami perannya sebagai gelandangan, ia praktek langsung

Skenario 6 : Ia menjalani hidup di dua dunia. Dua kepribadian. Dr.Jekkyl & Mr.Hyde.

Skenario 6 : Ia seorang agen rahasia yang sedang menyamar

Skenario 7 : Ia adalah malaikat

Skenario terakhir : saat terjadi reinkarnasi, pada kehidupan mendatang nasibnya bertukar dengan orang – orang yang berada di tempat hiburan !

Yahaaa !!

Well, semua itu cuma ada di kepala gw. Jawaban pastinya cuma ada di langit.

Bagi gw, mereka hidup di dunia yang berbeda. Sepertinya bedanya hidup di Timur dengan di Barat misalnya. Atau hidup di kota dan di desa. Atau di negara 4 musim dan tropis.

Just different, that’s all.

Tidak ada kaitannya dengan benar atau salah

Tidak ada komentar: